Tanyakan 3 Hal Ini ke Dirimu Sebelum Lanjut S2
By Vicario Reinaldo
Beberapa waktu lalu aku mengikuti sebuah acara yang membahas
tentang pendidikan pascasarjana di Amerika Serikat. Seperti kebanyakan
pengunjung lainnya, ekspektasiku dari mengikuti acara tersebut adalah
mengetahui seperti apa rasanya belajar di US, cara membuat recommendation
letter, tips-tips membuat personal statement, dan lain-lain. Beberapa pembicara
dengan bersemangat menceritakan pengalaman mereka dan memberikan tips tentang
cara mendapatkan beasiswa di US.Kemudian, sampailah acara pada sesi seorang
pembicara yang tiba-tiba membawakan topik yang sangat berbeda dengan apa yang
dibawakan oleh pembicara sebelumnya. Alih-alih meyakinkan kami bahwa belajar di
US itu baik atau memberikan tips-tips untuk mendapatkan beasiswa, ia malah
memberikan saran yang begitu mengena.
“Tidak ada formula khusus untuk sukses. Seseorang bisa
sukses dengan berbagai cara, tidak semata-mata harus mengambil kuliah
pascasarjana. Oleh karena itu, bangun kesadaran dirimu terlebih dahulu sebelum
menentukan langkah yang akan kamu ambil.”
Jeng jeng jeng. Bagiku, ini merupakan saran yang menohok
karena memang benar adanya. Di dalam konteks pendidikan pascasarjana, terkadang
kita memulai dengan menentukan universitas yang kita mau terlebih dahulu, bukan
dari menentukan apa yang kita ingin cari atau butuhkan. Risiko terbesar dari
memulai di ujung yang salah adalah besarnya kemungkinan kita memilih langkah
yang salah juga.Oleh karena itu, aku sangat menyukai langkah yang direkomendasikan
oleh Simon Sinek, pembicara TED Talk favoritku. Ia memperkenalkan suatu konsep
sangat sederhana yang disebut dengan golden circle.
Konsep ini menyarankan bahwa kita harusnya memulai
pengambilan keputusan dari why. Dalam konteks memilih pendidikan pascasarjana,
kita disarankan untuk memulai dengan “Mengapa kita membutuhkan pendidikan pasca
sarjana dengan jurusan X di kampus Y?” bukan dengan “Apa yang harus kita
lakukan untuk mendapatkan beasiswa pendidikan pascasarjana dengan jurusan X di
kampus Y?”Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana cara kita menjawab the big
question “Mengapa kita membutuhkan pendidikan pasca sarjana dengan jurusan X di
kampus Y?”. Aku menyusun beberapa pertanyaan yang menurutku akan membantu kita
dalam menemukan jawaban dari pertanyaan besar tersebut:
1. Apa aspirasi karirku untuk 5 tahun ke depan dan apakah
aku harus menempuh pendidikan pasca sarjana untuk mencapainya?
Pertanyaan ini merupakan pertanyaan kritis karena dua
alasan. Pertama, bisa jadi untuk mencapai aspirasi karirmu, kamu ternyata tidak
perlu menempuh pendidikan pascasarjana. Jika memang itu kenyataannya, tidak
perlu repot-repot memikirkan kampus dan jurusan atau mempersiapkan
recommendation letter atau belajar GMAT ☺
Kedua, pertanyaan ini juga membantu kita untuk berpikir,
karir seperti apa yang kita butuhkan dan apakah karir tersebut realistis.
Alasan kedua ini terinspirasi dari seorang teman yang sempat berkeluh-kesah
kepadaku perihal karir. Ia bercerita bahwa ia memilih jurusan X di kampus Y
karena ingin bekerja sebagai A.Namun, ternyata karir sebagai A tidaklah
memungkinkan baginya, dan ia baru mengetahuinya di penghujung masa kuliah pasca
sarjananya. Tentunya akan lebih baik jika hal-hal seperti ini dapat dihindari.
2. Bila pendidikan pasca sarjana merupakan langkah yang
harus aku ambil, jurusan apakah yang sebaiknya kupilih?
Pertama kali aku melihat daftar jurusan pascasarjana, aku
sangat terkejut dengan betapa spesifiknya jurusan-jurusan di luar negeri.
Sebagai contoh, jika kita ingin berkarir di pemerintahan, kita harus menentukan
apakah jurusan Public Policy, Public Administration, ataukah Political Science
yang paling cocok untuk mendukung karir kita. Jawabannya akan sangat berbeda
dari satu orang dengan yang lainnya, karena kita pun perlu menentukan karir di
bidang pemerintahan seperti apa yang kita inginkan.
3. Kampus mana yang memiliki jurusan yang paling cocok
dengan aspirasi karirku?
Ini juga merupakan pertanyaan yang kadang sangat menjebak
karena kita sering termakan oleh reputasi dari suatu kampus.Contoh yang paling
mudah adalah banyak orang berbondong-bondong ingin berkuliah di Harvard,
Stanford, Wharton, dan lain-lain di Amerika Serikat. Padahal jika aspirasinya
adalah menjadi pengusaha di bidang ekspor-impor, mungkin berkuliah di China,
atau bahkan di Indonesia, merupakan pilihan yang lebih relevan.Saat ini godaan
untuk cepat-cepat mengambil S2 sangatlah besar, mulai dari semakin banyaknya
peluang beasiswa, keinginan untuk cepat menikah, keinginan untuk meraih karir
gemilang dengan cepat, dan sebagainya.
Bagiku pribadi, pendidikan pascasarjana itu ibarat memilih
satu persimpangan jalan dan menekuninya sampai ujung. Memang betul kita masih
bisa bekerja di bidang di luar pendidikan pascasarjana kita, namun alangkah
baiknya jika bidang yang kita pilih sejalan dengan karir kita kelak. Godaan
memang besar, namun ada baiknya kita tetap bijaksana dalam membuat keputusan
sepenting ini.
Jadi, sebelum lanjut S2, jangan lupa tanyakan tiga hal
tersebut kepada dirimu sendiri, ya!
EmoticonEmoticon