Organisasi
Pergerakan Nasional di Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kebangkitan
nasional adalah masa dimana bangkitnya rasa dan semangat persatuan, kesatuan
dan nasionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan republik
Indonesia. Bangkitnya nasionalisme di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari
bangkitnya nasionalisme di Asia yang ditandai adanya kemenangan Jepang atas
Rusia pada tahun 1905.
Sebab-sebab
bangkitnya nasionalisme di Indonesia dan tumbuhnya pergerakan nasional
Indonesia itu, tidak hanya dipengaruhi adanya pengaruh dari luar Indonesia
saja. Namun reaksi pada masa sebelum tahun 1905 yang pernah dicetuskan dengan
adanya perlawanan senjata di berbagai daerah, seperti perlawanan Pattimura,
Diponegoro, Si Singamangaraja serta Hassanudin. Hal ini telah membuktikan nyata
adanya semangat nasionalisme telah lam bergejolak pada adda bangsa Indonesia
sebagai reaksi terhadap penderitaan lahir dan batin akibat kolonialisme.
Penderitaan
lahir batin yang tak tertahankan lagi ditambah pengaruh kejadian-kejadian
didalam maupun diluar tanah air yang merupakan dorongan yang mempercepat
lahirnya pergerakan nasional dan titik berangkat lahirnya Budi Utomo pada
tanggal 20 Mei 1908 sebagai organisasi pelajar guna memajukan
kepentingan-kepentingan priyayi rendah, dimana jangkauan geraknya terbatas pada
penduduk Pulau Jawa dan Madura. Kemudian mendorong berdirinya organisasi lain
seperti Sarekat Islam dan Indische Partij.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana latar belakang lahirnya
organisasi Budi Utomo dan perkembangannya di Indonesia?
2. Bagaimana latar belakang lahirnya
organisasi Sarekat Islam dan perkembangannya di Indonesia?
3. Bagaimana latar belakang lahirnya
organisasi Indische Partij dan perkembangannya di Indonesia?
1.3
TUJUAN
PENULISAN
Tujuan
penulisan maklah ini antara lain :
1. Mengetahui latar belakang
lahirnya organisasi Budi Utomo dan perkembangannya di Indonesia
2. Mengetahui latar belakang
lahirnya organisasi Sarekat Islam dan perkembangannya di Indonesia
3. Mengetahui latar belakang
lahirnya organisasi Indische Partij dan perkembangannya di Indonesia
1.4
MANFAAT
PENULISAN
Manfaat
penulisan makalah ini antara lain :
1.
Menambah wawasan siswa tentang berbagai
peristiwa pergerakan nasional di Indonesia
2.
Dapat
dijadikan referensi bagi siswa lain dan pembaca dalam mempelajari berbagai
peristiwa pergerakan nasional di Indonesia
3.
Mengetahui
lebih dalam hal-hal apa yang terdapat pada peristiwa pergerakan nasional di
Indonesia pada masa lalu
BAB II
PEMBAHASAN
A.
LATAR BELAKANG LAHIRNYA ORGANISASI BUDI UTOMO DAN PERKEMBANGANNYA DI
INDONESIA
Budi Utomo
merupakan sebuah organisasi pelajar yang didirikan oleh Dr.Sutomo dan para
mahasiswa STOVIA (School tot Opleiding voor Inlandsche Arsten) yaitu Goenawan,
Dr.Cipto Mangoenkeosoemo dan Soeraji serta R.T Ario Tirtokusumo, yang didirikan
di Jakarta pada 20 Mei 1908. Organisasi ini bersifat sosial, ekonomi,
kebudayaan serta tidak bersifat politik.
Berdirinya Budi Utomo tak bisa lepas dari peran Dr. Wahidin
Sudirohusodo. Walaupun bukan pendiri Budi Utomo, namun beliaulah yang telah
menginspirasi Dr.Sutomo dan kawan-kawan untuk mendirikan organisasi pergerakan
nasional ini. Dr.Wahidin Sudirohusodo sendiri adalah seorang alumni STOVIA yang
sering berkeliling di kota-kota besar di Pulau Jawa untuk mengkampanyekan gagasannya
mengenai bantuan dana bagi pelajar-pelajar pribumi berprestasi yang tidak mampu
melanjutkan sekolah. Gagasan ini akhirnya beliau kemukakan kepada
pelajar-pelajar STOVIA di Jakarta, dan ternyata mereka menyambut baik gagasan
mengenai organisasi tersebut dan dari sinilah awal perkembangan menuju
keharmonisan bagi orang Jawa dan Madura.
1. Tujuan Berdirinya Organisasi Budi
Utomo di Indonesia
Budi utomo sebagai organisasi
pelajar yang baru muncul ini, secara samar-samar merumuskan tujuannya untuk
kemajuan Hindia, dimana yang jangkauan gerak semulanya hanya terbatas pada
Pulau Jawa dan Madura yang kemudian diperluas untuk penduduk Hindia seluruhnya
dengan tidak memperhatikan perbedaan keturunan, jenis kelamin dan agama. Namun
dalam perkembangannya terdapat perdebatan mengenai tujuan Budi Utomo, dimana
Dr.Cipto Mangunkusumo yang bercorak politik dan radikal, Dr.Radjiman
Wedyodiningrat yang cenderung kurang memperhatikan keduniawian serta
Tirtokusumo (Bupati Karanganyar) yang lebih banyak memperhatikan reaksi dari
pemerintah kolonial dari pada memperhatikan reaksi dari penduduk pribumi.
2. Reaksi Belanda terhadap
berdirinya Organisasi Budi Utomo di Indonesia
Kehadiran Budi
Utomo di Indonesia mengundang reaksi yang kurang enak dari orang Belanda yang
tidak senang dengan kehadiran “si Molek “ dan mengatakan bahwa orang Jawa makin
banyak “cincong”. Lain halnya menurut M.C.Ricklefs dalam bukunya Sejarah
Indonesia Modern yang menyebutkan bahwa Gubernur Jenderal van Heutsz yang
menyambut baik Budi Utomo, sebagai tanda keberhasilan politik ethis yang
menghendakaki adanya suatu organisasi pribumi yang progresif-moderat yang
dikendalikan oleh para pejabat yang maju. Namun pejabat –pejabat Belanda
lainnya mencurigai Budi Utomo yang dianggap sebagai gangguan yang potensial.
3. Perkembangan Organisasi Budi
Utomo di Indonesia
Pancaran
eksistensi Budi Utomo di Indonesia dibuktikan dengan diadakannya konggresnya
yang pertama di Yogyakarta pada tanggal 3-5 Oktober 1908. Dalam waktu singkat
Budi Utomo mengalami perubahan orientasi. Kalau semula orientasinya terbatas
pada kalangan priyayi maka menurut edaran yang dimuat dalam Bataviaasch
Nieuwsblad tanggal 23 Juli 1908, Budi Utomo cabang Jakarta menekankan cara baru
bagaimana memperbaiki kehidupan rakyat.
Di dalam konggres tersebut
menghasilkan beberapa keputusan,sebagai berikut :
o
Tidak
mengadakan kegiatan politik
o
Bidang
utama adalah pendidikan dan kebudayaan
o
Terbatas
wilayah Jawa dan Madura
o
Mengangkat
Raden Adipati Tirtokusumo (Bupati Karanganyar) sebagai ketua Budi Utomo.
Semenjak dipimpin oleh Raden
Adipati Tirtokoesoemo, banyak anggota baru BU yang bergabung dari kalangan
bangsawan dan pejabat kolonial, sehingga banyak anggota muda yang memilih untuk
menyingkir. Dibawah kepengurusan generasi tua, kegiatan Budi Utomo yang awalnya
terpusat di bidang pendidikan, sosial, dan budaya, akhirnya mulai bergeser di
bidang politik. Strategi perjuangan BU juga ikut berubah dari yang awalnya
sangat menonjolkan sifat protonasionalisme menjadi lebih kooperatif dengan
pemerintah kolonial belanda. Perkembangan selanjutnya merupakan periode yang
paling lamban bagi Budi Utomo. Aktivitasnya hanya terbatas pada penerbitan
majalah bulanan Goeroe Desa dan beberapa petisi, yang di buatnya kepada
pemerintah berhubung dengan usaha meninggikan mutu sekolah menengah pertama.
Tatkala kepemimpinan pengurus pusat makin melemah, maka cabang-cabang BU
melakukan aktivitas sendiri yang tidak banyak hasilnya. Pemerintah yang
mengawasi perkembangan BU sejak berdirinya, dengan penuh perhatian dan harapan
akhirnya menarik kesimpulan bahwa pengaruh BU terhadap penduduk pribumi tidak
begitu besar.
Pada tahun 1912 terjadi
pergantian pemimpin dari Tirtokusumo ke tangan Pangeran Noto Dirodjo yang
berusaha dengan sepenuh tenaga mengejar ketinggalan. Dengan ketua yang baru
itu,perkembangan Budi Utomo tidak begitu pesat lagi. Hasil-hasil yang pertama
di capainya yaitu perbaikan pengajaran di daerah kesultanan dan kasunanan. Budi
utomo mendirikan organisasi darmoworo. Tetapi hasilnya tidak begitu pesat.
Dalam masa kepemimpinannya terdapat dua organisasi nasional lainnya yaitu
syarekat Islam dan Indische Partij. Kedua partai tersebut merupakan unsur-unsur
yang tidak puas terhadap Budi Utomo.
Kekuatan Budi Utomo kembali
bangkit sejak mulai pecahnya Perang Dunia I pada tahun 1914. Berdasarkan adanya
kemungkinan intervemsi kekuasaan asing maka Budi Utomo melancarkan isu
pentingnya pertahanan sendiri dan yang pertama mengajukam gagasan wajib militer
pribumi. Diskusi yang terjadi berturut-turut dalam pertemuan-pertemuan setempat
justru menggeser perhatian rakyat dari soal wajib militer kearah soal
perwakilan rakyat, sehingga dikirimlah ebuah misi kenegri Belanda oleh komite”
Indie Weerbaar “ untuk pertahanan India dalam tahun 1916-1917 yang merupakan
pertanda masa yang amat berhasil bagi Budi Utomo.
Dwidjosewoyo sebagai wakil Budi
Utomo dalam misi tersebut berhasil mengadakan pendekatan dengan
pemimpin-pemimpin Belanda terkemuka keterangan menteri urusan jajahan tentang
pembentukan Volksraad (Dewan Rakyat) yang waktu itu dibicarakan didalam dewan
perwakilan rakyat Belanda, dimana ia menekankan badan itu akan dijadikan Dewan
Perwakilan Rakyat yang nantinya akan menggembirakan anggota misi Budi Utomo.
Undang-undang wajib militer gagal sebaliknya undang-undang pembentukan
Volksraad disahkan pada bulan November 1914 .
4. Penyebab berakhirnya Organisasi
Budi Utomo di Indonesia
Penyebab berakhirnya Organisasi
Budi Utomo di Indonesia Pada dekade ketiga abad XX kondisi-kondisi
sosio-politik makin matang dan Budi Utomo mulai mencari orientasi politik yang
mantap dan mencari massa yang lebih luas. Kebijakan politik yang dilakukan oleh
pemerintah kolonial, khususnya tekanan terhadap pergerakan nasional maka Budi
Utomo mulai kehilangan wibawa, sehingga terjadilah perpisahan kelompok moderat
dan radikal dalam Budi Utomo. Selain itu juga, karena Budi Utomo tidak pernah
mendapat dukungan massa, kedudukannya secara politik kurang begitu penting,
sehingga pada tahun 1935 organisasi ini resmi dibubarkan.
Tujuan organisasi Budi Utomo
tidak maksimal karena banyak hal, yaitu :
o
Adanya
kesulitan finansial.
o
Adanya
sikap Raden Adipati Tirtokusumo yang lebih memperhatikan kepentingan pemerintah
kolonial dari pada rakyat.
o
Lebih
memajukan pendidikan kaum priyayi dibanding rakyat jelata.
o
Keluarnya
anggota dari gologan mahasiswa.
o
Bahasa
Belanda lebih menjadi prioritas utama dibandingkan dengan Bahasa Indonesia.
o
Priyayi
yang lebih mementingkan jabatan lebih kuat dibandingkan jiwa nasionalisnya.
B.
LATAR BELAKANG LAHIRNYA ORGANISASI SAREKAT ISLAM DAN PERKEMBANGANNYA DI
INDONESIA
Organisasi Sarekat
Dagang Islam (SDI) pada awalnya merupakan perkumpulan pedagang-pedagang Islam.
Organisasi ini dirintis oleh Haji Samanhudi di Surakarta pada tahun 1905,
dengan tujuan awal untuk menghimpun para pedagang pribumi Muslim (khususnya
pedagang batik) agar dapat bersaing dengan pedagang-pedagang besar Tionghoa.
Pada saat itu, pedagang-pedagang keturunan Tionghoa tersebut telah lebih maju
usahanya dan memiliki hak dan status yang lebih tinggi dari pada penduduk
Hindia Belanda lainnya. Kebijakan yang sengaja diciptakan oleh pemerintah
Hindia Belanda tersebut kemudian menimbulkan perubahan sosial karena timbulnya
kesadaran di antara kaum pribumi yang biasa disebut sebagai Inlanders.
Organisasi
ini didirikan juga untuk melawan upaya monopoli sebagian kalangan atas bahan
baku produksi batik. Ini digambarkan oleh Tirto Adhi soerjo di laporannya di
“Medan Priyayi” dengan Judul “Menonton Wayang Priyayi.” Sedikit dari kutipan
itu berbunyi:
“Saudagar-saudagar
kecil tidak bisa beli kain dagangan sendiri di Solo karena kain yang bisa masuk
priangan sudah diikat oleh saudagar-saudagar besar.”
Dalam
kutipan lain, Tirto menulis:
“Perniagaan
semakin sempit, dan karena itu kita mesti ambil perniagaan yang dilakukan
bangsa asing. Kita anak negri mesti bisa jadi toke sendiri….”
Sarekat Islam, yang
sebelumnya merupakan Sarekat Dagang Islam, pada awalnya merupakan perkumpulan
pedagang-pedagang Islam yang tidak lain adalah golongan-golongan pedagang
pribumi sebagai bentuk perlawanan terhadap dominasi pedagang orang-orang Cina.
Hal ini berawal dari timbulnya usaha pengusaha batik di kota Surakarta untuk
mengadakan persatuan demi melawan taktik dagang para pedagang Cina. Usaha
tersebut dipelpori oleh Haji Samanhudi di kampung Laweyan di kota Surakarta.
Haji Samanhudi mendirikan Sarekat Dagang Islam pada tahun 1911 yang
beranggotakan para pengusaha batik di kota Surakarta. Tujuan utama didirikannya
Sarekat Dagang Islam adalah untuk memperkuat usaha dalam menghadapi para
pedagang Cina, dengan tujuan awal untuk menghimpun para pedagang pribumi muslim
(khususnya pedagang batik) agar dapat bersaing dengan pedagang-pedagang besar
orang-orang Cina.
Berdirinya Sarekat Dagang Islam
disambut baik oleh para pengusaha batik yang mengharapkan dapat membeli bahan
batik lebih murah. Meskipun demikian, untuk bergerak secara sah, Sarekat Dagang
Islam harus menyusun anggaran dasarnya untuk disahkan oleh pemerintah. Untuk
menyusun anggaran dasar tersebut. Haji Samanhudi merasa kurang mampu. Oleh
karena itu, dia kemudian mencari bantuan kepada seorang pelajar Indonesia yang
berkerja pada perusahaan di Surabaya. Pelajar yang dimaksu adalah Cokroaminoto.
Kemudian, Haji Samanhudi menghubungi Umar Said Cokroaminoto. Setelah bertukar
pikiran, timbul gagasan dalam diri Umar Said Cokroaminoto untuk mengubah nama Sarekat
Dagang Islam menjadi Sarekat Islam, atas pertimbangan bahwa perkumpulan itu
tidak terbatas sampai pada para pedagang saja, tetapi juga mempunyai dasar yang
lebih luas sehingga orang Islam yang di luar pedagang dapat menjadi anggota.
Gagasan Cokroaminoto diterima baik oleh Haji Samanhudi. Pada tahun 1912, oleh
pimpinannya yang baru Umar Said Cokroaminoto, nama Serikat Dagang Islam diubah
menjadi Sarekat Islam. Hal ini dilakukan agar organisasi tidak hanya bergerak
dalam bidang ekonomi, tapi juga dalam bidang lain, seperti halnya politik. Jika
ditinjau dari anggaran dasarnya, dapat disimpulkan tujuan SI adalah sebagai
berikut:
o
Mengembangkan
jiwa dagang
o
Membantu
anggota-anggota yang mengalami kesulitan dalam bidang usaha
o
Memajukan
pengajaran dan semua usaha yang mempercepat naiknya derajat rakyat
o
Memperbaiki
pendapat-pendapat yang keliru mengenai agama Islam
o
Hidup
menurut perintah agama
Seiring dengan perubahan waktu,
akhirnya Serikat Islam pusat diberikan pengakuan sebagai Badan Hukum pada bulan
Maret tahun 1916. Setelah pemerintah memperbolehkan berdirinya partai politik,
Serikat Islam berubah menjadi partai politik dan mengirimkan wakilnya ke
Volksraad tahun 1917.
Tokoh-tokoh pendiri
pusat Sarekat Islam dengan pengurus yang terdiri :
o
Haji
Samanhudi (Ketua Kehormatan)
o
Umar
Said Cokroaminoto
o
Agus
Salim
o
Abdul
Muis
o
Haji
Gunawan
o
Wondoamiseno
o
Sasrokardono
o
Soerjopranoto
o
Alimin
Prawirodirejo
o
Semaun
1.
Perpecahan
dalam Serikat Islam
Pada mulanya
Sarekat Islam (SI) dilarang untuk menjalankan organisasinya oleh pemerintah
Belanda pada Agustus 1912. Setelah diadakan perubahan pada anggaran dasar SI
maka diperbolehkan untuk menjalankan aktivitasnya kembali. Rutgers menerangkan
bahwa, “...pada Juni 1913, pengaktifan Pimpinan Pusat SI tidak diizinkan, dan
untuk sementara waktu, yang diizinkan itu hanya cabang-cabangnya belaka. Baru
pada 1916 Pimpinan Pusat SI diperkenankan sesudah pengawasan pemerintah
diperkuat.”
Pada tanggal 26
Januari 1913 diadakan kongres Sarekat Islam pertama di Surabaya. Pada kongres
tersebut pimpinan SI Oemar Said Tjokroaminoto mengutarakan intinya bahwa SI
setia terhadap pemerintahan Belanda. Hal ini disebutkan dalam Rutgers: “SI
bukanlah suatu partai politik yang menghendaki revolusi seperti yang disangka
kebanyakan orang. Jika nanti diadakan pengejaran-pengejaran, kita harus meminta
perlindungan terhadap gubernur Jenderal. Kita setia dan puas terhadap kekuasaan
Belanda. Sungguh tidak benar, kalau kita dikatakan hendak menyebabkan
huru-hara, sungguh tidak benar, kalau kita dikatakan berontak. Itu semua tidak
benar, tidak, seribu kali tidak.”
Kongres Sarekat
Islam I menghasilkan keputusan bahwa Sarekat Islam bukan lagi sebagai
organisasi daerah Surakarta melainkan organisasi terbuka yang cakupannya
meliputi Hindia Belanda. Oleh karena itu disahkan tiga kota sebagai sentral
dari Sarekat Islam meliputi Surabaya, Yogyakarta dan Bandung.
Fungsi dari tiga kota sentral
Sarekat Islam yaitu
o
Pertama,
dari centraal Sjarikat Islam (CSI) Surabaya, membangkitkan kesadaran berpolitik
nasional umat Islam yang bergabung dalam Sjarikat Islam di Jawa Timur hingga
seluruh wilayah Indonesia Timur
o
Kedua,
dari Centraal Sjarikat Islam (CSI) Yogyakarta, membangkitkan kesadaran politik
nasional umat Islam yang bergabung dalam Sjarikat Islam di Jawa Tengah hingga seluruh
wilayah Indonesia Tengah
o
Ketiga,
dari Centraal Sjarikat Islam (CSI) Bandung, membangkitkan kesadaran politik
nasional umat Islam yang bergabung dalam Sjarikat Islam di Jawa Barat hingga
Indonesia barat.
Dalam penetapan
fungsi tersebut memang disebutkan pembagian wilayah. Tetapi perlu diingatkan
kembali bahwa pembagian daerah teritorial seperti Indonesia Timur, Indonesia
Tengah dan Indonesia Barat masih belum jelas. Hal ini dikarenakan belum adanya
pembagian wilayah seperti sekarang pada masa itu.
Perselisihan
dengan Tinghoa tersebut juga dituliskan oleh Rutgers: “kejadian-kejadian
seperti merampoki Tinghoa adalah juga tergolong kelompok “nasional” ini. Dalam
sikap terhadap bangsa Tinghoa terdapat perubahan antara lain disebabkan oleh
meletusnya Revolusi Tiongkok 1911-1912 yang menyebabkan banyak penduduk Tinghoa
berubah sikap dan menyakinkan akan benarnya gerakan kemerdekaan di Indonesia
juga. Sebaliknya rakyat Indonesia mulai ikut serta dalam
demonstrasi-demonstrasi yang amat menguntungkan gerakan revolusioner Tionghoa.
2.
Perpecahan
Akibat Pendirian Volksraad & Indie Weebar
Pada tanggal 17-24
Juli 1916 dilaksanakan National Congres Centraal Sjarikat Islam di Bandung.
Menurut Suryanegara suasana Bandung pada saat kongres Nasional pertama yaitu :
“Suasana kongres Nasional pertama
Centraal Sjarikat Islam tersebut, disampaikan Mohamad Rroem dalam harian ABADI,
senin 22 Juni 1970 M atau 17 Rabiul Awal Achir 1390 H. Dua tahun kemudian, pada
1972, laporan Mohamad Roem tersebut dibukukan dalam Bunga Rampai dari Sadjarah.
Mohamad Roem menuturkan, alun-alun Bandung sebagai kongres dihias sangat indah,
disertai dengan bufet yang menyediakan makanan dan minuman.
Berkaitan dengan
pandangan SI terhadap pembentukan Indie Weerbaar sendiri, Ricklefs mengungkapkan bahwa, “..., kampanye Indie
weerbaar dengan cepat berubah menjadi isu perwakilan rakyat. Pada tahun
1916-1917, suatu delegasi yang terdiri atas wakil-wakil Budi Utomo, SI,
Regenten Bond, dan organisasi-organisasi serupa dari keempat kerajaan Jawa
berkunjung ke negara Belanda. Mereka mengajukan petisi kepada ratu Wilhelmia
dan berkeliling negara itu guna memberikan ceramah-ceramah. Ketika perlemen
Belanda bertindak menangani masalah-masalah itu, maka rancangan undang-undang
bagi pembentukan milisi pribumi tidak disetujui, tetapi pada bulan Desember
1916 rancangan undang-undang bagi pembentukan Volksraad disetujui.”
Selain tidak
menyetujui SI masuk ke dalam Indie Weerbaar, Samaun juga tidak setuju jika SI
masuk ke dalam Volksraad. Pringgodigdo menyebutkan bahwa, “Usaha Semaun agar
S.I jangan ikut duduk dalam Volkstraad juga sia-sia. Semaun berkata, Volksraad
hanya suatu pertunjukan kosong, suatu akal dari kaum kapitalis mengelabuhi mata
rakyat jelata untuk memperoleh untung lebih banyak. Terhadap ini Abdul Muis
berpendapat: turut duduk didalamnya dengan sambil berusaha, lambat laun
mengubah Volksraad menjadi sebuah parlemen sejati. Kongres mufakat SI turut
serta dalam komite nasional yang didirikan atas anjuran BU. Komite itu
mempunyai tujuan membuat daftar nama-nama calon anggota Volksraad untuk
dipimpin oleh majelis-majelis daerah dan/atau diangkat oleh pemerintah Hindia
Belanda; SI akan memajukan dua calon.”
Volksraad berdiri
atas keputusan dari pemerintah Belanda mengenai Dewan Nasional. Seperti telah
dipaparkan di atas bahwa kongres nasional SI di Bandung menghendaki adanya
Dewan Perwakilan Nasional. Sayangnya pendirian Volksraad tidak sesuai dengan
harapan. Rutgers (2012: 10) mengatakan bahwa, “Tetapi tuntutan-tuntutan gerakan
nasional dan Sarekat Islam jauh melebihi itu, hingga di sana-sini timbul
bentrokan. Di kalangan kaum tani timbullah gerakan samin, yang pimpinannya
dipegang oleh Samat. Gerakan ini mempunyai tujuan-tujuan komunisme kuno untuk
kaum tani.”
Kongres Nasional
SI ke III di Surabaya membicarakan
kelanjutan dari kongres di Bandung mengenai Dewan Rakyat. Dengan tanggapan dan
pembicaraan dari pemerintah Belanda mengenai dewan rakyat yang dibentuk sebagai
Volksraad. Sayangnya anggota pribumi yang ikut serta dalam Volksraad sedikit,
lebih banyak diisi oleh orang-orang luar pribumi.
C.
LATAR BELAKANG LAHIRNYA ORGANISASI INDISCHE PARTIJ DAN PERKEMBANGANNYA
DI INDONESIA
Indische Partij adalah organisasi modern ketiga yang berdiri setelah
Budi Utomo dan Sarekat Islam .Organisasi ini merupakan organisasi pertama yang
secara tegas menyatakan berpolitik. IP adalah partai politik pertama di
Indonesia. Indische Partij ingin menggantikan Indische Bond yang berdiri pada
tahun 1898. Indische Bond adalah organisasi kaum Belanda peranakan (Indo) dengan
pimpinan K. Zaalberg, seorang indo.Tujuan dibentuknya IP ini adalah untuk
memperbaiki keadaan kaum Indo. Pada masa itu kaum Indo menaruh dendam kepada
bangsa Belanda dan segala sesuatu yang bercorak Belanda.
1.
Proses berdirinya Organisasi Indische Partij
Douwes Dekker
melihat keganjilan dalam masyarakat kolonial khususnya dalam hal diskriminasi
antara keturunan Belanda dan orang Belanda campuran (Indo). Nasib para Indo
tidak ditentukan oleh pemerintahan kolonial,namun terletak pada bentuk
kerjasama dengan penduduk Indonesia lainnya. Bahkan menurut Douwes Dekker yang
kemudian dikenal dengan nama Danudirdja Setyabudhi,ia tidak mengenak supremasi
Indo atas penduduk bumiputera malah ia menghendaki hilangnya golongan Indo
dengan cara bercampur dengan bumiputera.
Pendirian
organisasi ini dipertegas lagi pada sidang Indische Bond yang diselenggarakan
di Jakarta tanggal 12 desember 1911, dengan pokok pidato "Gabungan kulit
putih dengan sawo matang". Ia berkata, bahwa jumlah kaum Indo sangat
sedikit, sehingga jika ia bertindak seorang diri,maka ia tak mungkin memperoleh
keuntungan. Syarat untuk memperoleh kemenangan dalam pertentangan dengan
penjajah Belanda ialah menggabungkan diri dengan bangsa Indonesia agar
kedudukan organisasinya makin bertambah kuat.
Untuk persiapan
pendirian Indische Partij, maka mulai tanggal 15 September - 3 oktober 1912,
Douwes Dekker mengadakan perjalanan Propaganda di Pulau Jawa. Di Surabaya, ia
mendapat sokongan dari Dokter Tjipto Mangoen Koesoemo. Di Bandung ia mendapat
sokongan dari R.M. Soewardi Soerjaningrat, juga Abdul Muis yang pada saat tu
telah menjadi pimpinan Sarekat Islam cabang Bandung. Di Yogyakarta mendapat
sambutan baik dari pengurus Budi Utomo,juga daerah Jawa Barat,Jawa Tengah dan
Jawa Timur.Mereka merupakan "tiga serangkai" yang sangat ditakuti
oleh Belanda. Mereka ialah tokoh-tokoh Indische Partic yang didirikan di
Bandung pada tanggal 25 Desember 1912 yang mana semboyannya yaitu Hindia for
Hindia yang berarti Inodnesia hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang menetap
dan bertempat tinggal di Indonesia tanpa terkecuali.
2.
Pelopor berdirinya Organisasi Indische Partij.
Keanggotaan
Indische Partij terbuka untuk semua golongan bangsa tanpa membedakan tingkatan
kelas, seks atau kasta, golongan bangsa yang menjadi anggota Indische Partij
adalah golongan bumi putera, golongan Indo, Cina dan Arab. Keanggotaan Indische
Partij tersebar pada 30 cabang dengan jumlah anggota seluruhnya 7.300 orang,
sebagian besar golongan Indo. Sedangkan jumlah anggota golongan bumi putera
adalah 1.500 orang, kebanyakan golongan terpelajar. Cabang Indische Partij
yaitu Semarang, dengan jumlah anggota 1.300 orang, Surabaya dengan jumlah
anggota 850 orang, Bandung dengan jumlah anggota 700 orang, Batavia dengan
Jumlah anggota 654 orang.
Didirikan oleh tiga
serangkai, yaitu Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat,
yang melihat keganjilan dalam masyarakat colonial khususnya diskriminasi antara
keturunan Belanda dan kaum Indo. Berikut profil tiga serangkai :
o
Ernest
Douwes Dekker
Douwes
Dekker adalah seorang pejuang kemerdekaan dan pahlawan nasional Indonesia.
Pendidikan dasar ditempuh Nes di Pasuruan. Sekolah lanjutan pertama diteruskan
ke HBS di Surabaya, lalu pindah ke Gymnasium Willem III, suatu sekolah elit di
Batavia. Selepas lulus sekolah ia bekerja di perkebunan kopi "Soember
Doeren" di Malang, Jawa Timur.
o
Tjipto
Mangoenkoesoemo
Dr.
Cipto Mangunkusumo atau Tjipto Mangoenkoesoemo adalah seorang tokoh pergerakan
kemerdekaan Indonesia. Bersama dengan Ernest Douwes Dekker dan Ki Hajar Dewantara
ia dikenal sebagai "Tiga Serangkai" yang banyak menyebarluaskan ide
pemerintahan sendiri dan kritis terhadap pemerintahan penjajahan Hindia
Belanda. Ia adalah tokoh dalam Indische Partij, suatu organisasi politik yang
pertama kali mencetuskan ide pemerintahan sendiri di tangan penduduk setempat,
bukan oleh Belanda. Dr. Cipto Mangunkusumo lahir di Pecangakan, Ambarawa tahun
1886 dan waafat di Jakarta, 8 Maret 1943
o
Ki
Hadjar Dewantara
Raden
Mas Soewardi Soerjaningrat lahir di Yogyakarta, 2 Mei1889 dan wafat di
Yogyakarta, 26 April1 959, disingkat
sebagai "Soewardi" atau "KHD" adalah aktivis pergerakan
kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum
pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Ia adalah pendiri Perguruan Taman
Siswa, suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi
jelata untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun
orang-orang Belanda.Tanggal kelahirannya sekarang diperingati di Indonesia
sebagai Hari Pendidikan Nasional. Bagian dari semboyan ciptaannya, tut wuri
handayani, menjadi slogan Departemen Pendidikan Nasional.
3.
Tujuan didirikannya Organisasi Indische Partij di
Indonesia.
Bunyi pasal-pasal
dalam anggaran dasar Indische Partij sebagai tujuan didirikannya indische
partij, seperti sebagai berikut:
o
Memelihara
nasionalisme Hindia dengan meresapkan cita-cita kesatuan kebangsaan semua
Indiers, meluaskan pengetahuan umum tentang sejarah budaya Hindia,
mengasosiasikan intelek secara bertingkat kedalam suku dan antar suku yang
masih hidup berdampingan pada mada ini, menghidupkan kesadaran diri dan kepercayaan
kepada diri sendiri
o
Memberantas
rasa kesombongan rasial dan keistimewaan ras
o
Memberantas
usaha untuk membangkitkan kebencian agama dan sektarisme
o
Memperkuat
daya tahan rakyat Hindia dengan mengembangkan individu ke aktivitas yang lebih
besar secara taknis dan memperkuat kekuatan batin dalam soal kesusilaan
o
Berusaha
untuk mendapatkan persamaan hak bagi semua orang Hindia
o
Memperkuat
daya rakyat Hindia untuk mempertahankan tanah air dari serangan asing.
o
Mengadakan
unifikasi, perluasan, pendalaman, dan meng-Hindia-kan pengajaran, yang semua
hal tersebut ditujukan kepada kepentingan ekonomi Hindia, dimana tidak
diperbolehkan adanya perbedaan perlakuan karena ras, seks atau kasta dan harus
dilaksanakan sampai tingkat yang setinggi-tingginya yang bisa di capai
o
Memperbesar
pengaruh pro-Hindia di dalam pemerintahan.
o
Memperbaiki
keadaan ekonomi bangsa Hindia, terutama dengan memperkuat mereka yang
ekonominya lemah.
4.
Proses kemunduran Organsasi Indische Partij.
Sejak semula
Indische Partij memang menunjukkan keradikalannya sehingga pemerintah kolonial
Belanda merasa perlu menghentikannya. Itulah sebabnya organisasi ini tidak
dapat berumur panjang karena pada akhirnya pemimpinnya dibuang ke luar negeri.
Persoalan yang menyangkut nasib tiga serangkai tersebut erat hubungannya dengan
tindakan Belanda pada tahun 1913, dalam rangka memperingati bebasnya negeri
Belanda dari penindasan Prancis pada tahun 1813 merupakan suatu ironi bahwa
negara yang menjajah, merayakan kebebasan negerinya itu di negeri yang
dijajahnya sendiri, lebih-lebih untuk perayaan tersebut pemerintah akan
memungut biaya dari rakyat Hindia.
Melihat fenomena
menarik tersebut, Suwardi Suryaningrat dan kawan-kawan akhirnya membentuk
“Komite Bumi Putera”, komite yang bertujuan menentang peringatan tersebut.
Komite ini kemudian mengeluarkan brosur yang didalamnya dimuat tulisan Suwardi
Suryaningrat dengan judul: “Als ik een Nederlander Wasyang” isinya menyindir
dengan tajam sikap pemerintah kolonial Belanda yang ingin merayakan
kebebasannya di tanah jajahan dengan cara memungut biaya dari rakyat. Karena
tulisannya itulah Suwardi Suryaningrat ditangkap, dan temannya tang tergabung
dalam “Komite Bumi Putera” juga tidak luput dari pemeriksaan pemerintah.
Kepergian dari
ketiga pemimpin tersebut membawa pengaruh terhadap kegiatan Indische partij
yang makin lama makin menurun, kemudian Indische Partij menjadi partai
Insulinde. Sebagai asas utama dalam program yang tertera: “ Mendidik suatu
nasionalisme Hindia dengan memperkuat cita- cita persatuan bangsa”, kepada
anggota ditekankan supaya menyebut dirinya “ Indiers “, orang Hindia. Pengaruh
Serekat Islam telah menarik orang- orang Indonesia, sehingga Partai Insulinde
menjadi semakin lemah. Kembalinya Douwes Dekker dari negeri Belanda tahun 1918
tidak mempunyai arti bagi partai insulinde, pada bulan juni 1919 berganti nama
menjadi National Indische Partij.
Indische Partij
hidup tidak lama, konsep kebangsaan yang dicanangkan dan dikembangkan sangat berpengaruh terhadap tokoh-tokoh pergerakan kebangsaan Indonesia dan sepak
terjang organisasi pergerakan kebangsaan Indonesia pada masa-masa selanjutnya.
Pemimpin-pemimpin Indische Partij setelah organisasinya dibubarkan dan dianggap
sebagai partai terlarang bersepakat secara perorangan tetap terus
mempropagandakan cita-cita organisasi tersebut melalui tulisan-tulisan ataupun
organisasi lain.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Budi
Utomo merupakan sebuah organisasi pelajar yang didirikan oleh Dr.Sutomo dan
para mahasiswa STOVIA (School tot Opleiding voor Inlandsche Arsten) yaitu
Goenawan, Dr.Cipto Mangoenkeosoemo dan Soeraji seta R.T Ario Tirtokusumo.
Berdirinya Budi Utomo tak bisa lepas dari peran Dr. Wahidin Sudirohusodo. Jangkauan
gerak Budi Utomo hanya terbatas pada penduduk Jawa dan Madura dan tidak akan
melibatkan diri dalam kegiatan politik. Bidang kegiatan yang dipilihnya
pendidikan dan budaya.
Sarekat Islam merupakan
organisasi perkumpulan pedagang-pedagang Islam yang dirintis oleh Haji
Samanhudi di Surakarta pada tahun 1905, dengan tujuan awal untuk menghimpun
para pedagang pribumi Muslim (khususnya pedagang batik) agar dapat bersaing
dengan pedagang-pedagang besar Tionghoa. Pada saat itu, pedagang-pedagang
keturunan Tionghoa tersebut telah lebih maju usahanya dan memiliki hak dan
status yang lebih tinggi dari pada penduduk Hindia Belanda lainnya. Kebijakan
yang sengaja diciptakan oleh pemerintah Hindia Belanda tersebut kemudian
menimbulkan perubahan sosial karena timbulnya kesadaran di antara kaum pribumi
yang biasa disebut sebagai Inlanders.
Dapat disimpulkan
bahwa Indische Partij adalah organisasi pertama yang secara tegas menyatakan
berpolitik. Dengan demikian IP adalah
partai politik pertama di Indonesia. Indische Partij ingin menggantikan
Indische Bond yang berdiri pada tahun 1898. Partai ini didirikan oleh tiga
serangkai, yaitu Douwes Dekker, Tjipto Mangun kusumo dan Suwardi Suryaningrat,
yang melihat keganjilan dalam masyarakat colonial khususnya diskriminasi antara
keturunan Belanda totok dan kaum Indo.
B. KRITIK DAN SARAN
Sebagai generasi mudapenulis
menyarankan kepada :
Pemerintah supaya lebih
memperhatikan arsib bangsa dan lebih mengenalkan seharah bangsa indonesia dan
lebih memerhatikan para pahlawan nasional. Tingaktkan mutu pendidikan, jangan
pentingkan golongan. Partai hanya sebagai batu loncatan demi bangsa untuk
kemajuan.
Mungkin dalam
pembuatan makalah yang kami buat banyak kekurangan dan kesalahan, maka dari itu
penulis bersedia menerima saran maupun kritik demi perbaikan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
EmoticonEmoticon