August 18, 2017

Organisasi Pergerakan Nasional di Indonesia

Tags

Organisasi Pergerakan Nasional di Indonesia


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
Kebangkitan nasional adalah masa dimana bangkitnya rasa dan semangat persatuan, kesatuan dan nasionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan republik Indonesia. Bangkitnya nasionalisme di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari bangkitnya nasionalisme di Asia yang ditandai adanya kemenangan Jepang atas Rusia pada tahun 1905.
Sebab-sebab bangkitnya nasionalisme di Indonesia dan tumbuhnya pergerakan nasional Indonesia itu, tidak hanya dipengaruhi adanya pengaruh dari luar Indonesia saja. Namun reaksi pada masa sebelum tahun 1905 yang pernah dicetuskan dengan adanya perlawanan senjata di berbagai daerah, seperti perlawanan Pattimura, Diponegoro, Si Singamangaraja serta Hassanudin. Hal ini telah membuktikan nyata adanya semangat nasionalisme telah lam bergejolak pada adda bangsa Indonesia sebagai reaksi terhadap penderitaan lahir dan batin akibat kolonialisme.
Penderitaan lahir batin yang tak tertahankan lagi ditambah pengaruh kejadian-kejadian didalam maupun diluar tanah air yang merupakan dorongan yang mempercepat lahirnya pergerakan nasional dan titik berangkat lahirnya Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908 sebagai organisasi pelajar guna memajukan kepentingan-kepentingan priyayi rendah, dimana jangkauan geraknya terbatas pada penduduk Pulau Jawa dan Madura. Kemudian mendorong berdirinya organisasi lain seperti Sarekat Islam dan Indische Partij.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana latar belakang lahirnya organisasi Budi Utomo dan perkembangannya di Indonesia?
2.      Bagaimana latar belakang lahirnya organisasi Sarekat Islam dan perkembangannya di Indonesia?
3.      Bagaimana latar belakang lahirnya organisasi Indische Partij dan perkembangannya di Indonesia?
1.3    TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan maklah ini antara lain :
1.      Mengetahui latar belakang lahirnya organisasi Budi Utomo dan perkembangannya di Indonesia
2.      Mengetahui latar belakang lahirnya organisasi Sarekat Islam dan perkembangannya di Indonesia
3.      Mengetahui latar belakang lahirnya organisasi Indische Partij dan perkembangannya di Indonesia
1.4    MANFAAT PENULISAN
Manfaat penulisan makalah ini antara lain :
1.         Menambah wawasan siswa tentang berbagai peristiwa pergerakan nasional di Indonesia
2.         Dapat dijadikan referensi bagi siswa lain dan pembaca dalam mempelajari berbagai peristiwa pergerakan nasional di Indonesia
3.         Mengetahui lebih dalam hal-hal apa yang terdapat pada peristiwa pergerakan nasional di Indonesia pada masa lalu





BAB II
PEMBAHASAN

A.     LATAR BELAKANG LAHIRNYA ORGANISASI BUDI UTOMO DAN PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA
Budi Utomo merupakan sebuah organisasi pelajar yang didirikan oleh Dr.Sutomo dan para mahasiswa STOVIA (School tot Opleiding voor Inlandsche Arsten) yaitu Goenawan, Dr.Cipto Mangoenkeosoemo dan Soeraji serta R.T Ario Tirtokusumo, yang didirikan di Jakarta pada 20 Mei 1908. Organisasi ini bersifat sosial, ekonomi, kebudayaan serta tidak bersifat politik.  Berdirinya Budi Utomo tak bisa lepas dari peran Dr. Wahidin Sudirohusodo. Walaupun bukan pendiri Budi Utomo, namun beliaulah yang telah menginspirasi Dr.Sutomo dan kawan-kawan untuk mendirikan organisasi pergerakan nasional ini. Dr.Wahidin Sudirohusodo sendiri adalah seorang alumni STOVIA yang sering berkeliling di kota-kota besar di Pulau Jawa untuk mengkampanyekan gagasannya mengenai bantuan dana bagi pelajar-pelajar pribumi berprestasi yang tidak mampu melanjutkan sekolah. Gagasan ini akhirnya beliau kemukakan kepada pelajar-pelajar STOVIA di Jakarta, dan ternyata mereka menyambut baik gagasan mengenai organisasi tersebut dan dari sinilah awal perkembangan menuju keharmonisan bagi orang Jawa dan Madura.
1.    Tujuan Berdirinya Organisasi Budi Utomo di Indonesia
Budi utomo sebagai organisasi pelajar yang baru muncul ini, secara samar-samar merumuskan tujuannya untuk kemajuan Hindia, dimana yang jangkauan gerak semulanya hanya terbatas pada Pulau Jawa dan Madura yang kemudian diperluas untuk penduduk Hindia seluruhnya dengan tidak memperhatikan perbedaan keturunan, jenis kelamin dan agama. Namun dalam perkembangannya terdapat perdebatan mengenai tujuan Budi Utomo, dimana Dr.Cipto Mangunkusumo yang bercorak politik dan radikal, Dr.Radjiman Wedyodiningrat yang cenderung kurang memperhatikan keduniawian serta Tirtokusumo (Bupati Karanganyar) yang lebih banyak memperhatikan reaksi dari pemerintah kolonial dari pada memperhatikan reaksi dari penduduk pribumi.
2.      Reaksi Belanda terhadap berdirinya Organisasi Budi Utomo di Indonesia
Kehadiran Budi Utomo di Indonesia mengundang reaksi yang kurang enak dari orang Belanda yang tidak senang dengan kehadiran “si Molek “ dan mengatakan bahwa orang Jawa makin banyak “cincong”. Lain halnya menurut M.C.Ricklefs dalam bukunya Sejarah Indonesia Modern yang menyebutkan bahwa Gubernur Jenderal van Heutsz yang menyambut baik Budi Utomo, sebagai tanda keberhasilan politik ethis yang menghendakaki adanya suatu organisasi pribumi yang progresif-moderat yang dikendalikan oleh para pejabat yang maju. Namun pejabat –pejabat Belanda lainnya mencurigai Budi Utomo yang dianggap sebagai gangguan yang potensial.
3.      Perkembangan Organisasi Budi Utomo di Indonesia
Pancaran eksistensi Budi Utomo di Indonesia dibuktikan dengan diadakannya konggresnya yang pertama di Yogyakarta pada tanggal 3-5 Oktober 1908. Dalam waktu singkat Budi Utomo mengalami perubahan orientasi. Kalau semula orientasinya terbatas pada kalangan priyayi maka menurut edaran yang dimuat dalam Bataviaasch Nieuwsblad tanggal 23 Juli 1908, Budi Utomo cabang Jakarta menekankan cara baru bagaimana memperbaiki kehidupan rakyat.
Di dalam konggres tersebut menghasilkan beberapa keputusan,sebagai berikut :
o    Tidak mengadakan kegiatan politik
o    Bidang utama adalah pendidikan dan kebudayaan
o    Terbatas wilayah Jawa dan Madura
o    Mengangkat Raden Adipati Tirtokusumo (Bupati Karanganyar) sebagai ketua Budi Utomo.
Semenjak dipimpin oleh Raden Adipati Tirtokoesoemo, banyak anggota baru BU yang bergabung dari kalangan bangsawan dan pejabat kolonial, sehingga banyak anggota muda yang memilih untuk menyingkir. Dibawah kepengurusan generasi tua, kegiatan Budi Utomo yang awalnya terpusat di bidang pendidikan, sosial, dan budaya, akhirnya mulai bergeser di bidang politik. Strategi perjuangan BU juga ikut berubah dari yang awalnya sangat menonjolkan sifat protonasionalisme menjadi lebih kooperatif dengan pemerintah kolonial belanda. Perkembangan selanjutnya merupakan periode yang paling lamban bagi Budi Utomo. Aktivitasnya hanya terbatas pada penerbitan majalah bulanan Goeroe Desa dan beberapa petisi, yang di buatnya kepada pemerintah berhubung dengan usaha meninggikan mutu sekolah menengah pertama. Tatkala kepemimpinan pengurus pusat makin melemah, maka cabang-cabang BU melakukan aktivitas sendiri yang tidak banyak hasilnya. Pemerintah yang mengawasi perkembangan BU sejak berdirinya, dengan penuh perhatian dan harapan akhirnya menarik kesimpulan bahwa pengaruh BU terhadap penduduk pribumi tidak begitu besar.
Pada tahun 1912 terjadi pergantian pemimpin dari Tirtokusumo ke tangan Pangeran Noto Dirodjo yang berusaha dengan sepenuh tenaga mengejar ketinggalan. Dengan ketua yang baru itu,perkembangan Budi Utomo tidak begitu pesat lagi. Hasil-hasil yang pertama di capainya yaitu perbaikan pengajaran di daerah kesultanan dan kasunanan. Budi utomo mendirikan organisasi darmoworo. Tetapi hasilnya tidak begitu pesat. Dalam masa kepemimpinannya terdapat dua organisasi nasional lainnya yaitu syarekat Islam dan Indische Partij. Kedua partai tersebut merupakan unsur-unsur yang tidak puas terhadap Budi Utomo.
Kekuatan Budi Utomo kembali bangkit sejak mulai pecahnya Perang Dunia I pada tahun 1914. Berdasarkan adanya kemungkinan intervemsi kekuasaan asing maka Budi Utomo melancarkan isu pentingnya pertahanan sendiri dan yang pertama mengajukam gagasan wajib militer pribumi. Diskusi yang terjadi berturut-turut dalam pertemuan-pertemuan setempat justru menggeser perhatian rakyat dari soal wajib militer kearah soal perwakilan rakyat, sehingga dikirimlah ebuah misi kenegri Belanda oleh komite” Indie Weerbaar “ untuk pertahanan India dalam tahun 1916-1917 yang merupakan pertanda masa yang amat berhasil bagi Budi Utomo.
Dwidjosewoyo sebagai wakil Budi Utomo dalam misi tersebut berhasil mengadakan pendekatan dengan pemimpin-pemimpin Belanda terkemuka keterangan menteri urusan jajahan tentang pembentukan Volksraad (Dewan Rakyat) yang waktu itu dibicarakan didalam dewan perwakilan rakyat Belanda, dimana ia menekankan badan itu akan dijadikan Dewan Perwakilan Rakyat yang nantinya akan menggembirakan anggota misi Budi Utomo. Undang-undang wajib militer gagal sebaliknya undang-undang pembentukan Volksraad disahkan pada bulan November 1914 .
4.      Penyebab berakhirnya Organisasi Budi Utomo di Indonesia
Penyebab berakhirnya Organisasi Budi Utomo di Indonesia Pada dekade ketiga abad XX kondisi-kondisi sosio-politik makin matang dan Budi Utomo mulai mencari orientasi politik yang mantap dan mencari massa yang lebih luas. Kebijakan politik yang dilakukan oleh pemerintah kolonial, khususnya tekanan terhadap pergerakan nasional maka Budi Utomo mulai kehilangan wibawa, sehingga terjadilah perpisahan kelompok moderat dan radikal dalam Budi Utomo. Selain itu juga, karena Budi Utomo tidak pernah mendapat dukungan massa, kedudukannya secara politik kurang begitu penting, sehingga pada tahun 1935 organisasi ini resmi dibubarkan.
Tujuan organisasi Budi Utomo tidak maksimal karena banyak hal, yaitu :
o    Adanya kesulitan finansial.
o    Adanya sikap Raden Adipati Tirtokusumo yang lebih memperhatikan kepentingan pemerintah kolonial dari pada rakyat.
o    Lebih memajukan pendidikan kaum priyayi dibanding rakyat jelata.
o    Keluarnya anggota dari gologan mahasiswa.
o    Bahasa Belanda lebih menjadi prioritas utama dibandingkan dengan Bahasa Indonesia.
o    Priyayi yang lebih mementingkan jabatan lebih kuat dibandingkan jiwa nasionalisnya.
B.     LATAR BELAKANG LAHIRNYA ORGANISASI SAREKAT ISLAM DAN PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA
Organisasi Sarekat Dagang Islam (SDI) pada awalnya merupakan perkumpulan pedagang-pedagang Islam. Organisasi ini dirintis oleh Haji Samanhudi di Surakarta pada tahun 1905, dengan tujuan awal untuk menghimpun para pedagang pribumi Muslim (khususnya pedagang batik) agar dapat bersaing dengan pedagang-pedagang besar Tionghoa. Pada saat itu, pedagang-pedagang keturunan Tionghoa tersebut telah lebih maju usahanya dan memiliki hak dan status yang lebih tinggi dari pada penduduk Hindia Belanda lainnya. Kebijakan yang sengaja diciptakan oleh pemerintah Hindia Belanda tersebut kemudian menimbulkan perubahan sosial karena timbulnya kesadaran di antara kaum pribumi yang biasa disebut sebagai Inlanders.
Organisasi ini didirikan juga untuk melawan upaya monopoli sebagian kalangan atas bahan baku produksi batik. Ini digambarkan oleh Tirto Adhi soerjo di laporannya di “Medan Priyayi” dengan Judul “Menonton Wayang Priyayi.” Sedikit dari kutipan itu berbunyi:
“Saudagar-saudagar kecil tidak bisa beli kain dagangan sendiri di Solo karena kain yang bisa masuk priangan sudah diikat oleh saudagar-saudagar besar.”
Dalam kutipan lain, Tirto menulis:
“Perniagaan semakin sempit, dan karena itu kita mesti ambil perniagaan yang dilakukan bangsa asing. Kita anak negri mesti bisa jadi toke sendiri….”
Sarekat Islam, yang sebelumnya merupakan Sarekat Dagang Islam, pada awalnya merupakan perkumpulan pedagang-pedagang Islam yang tidak lain adalah golongan-golongan pedagang pribumi sebagai bentuk perlawanan terhadap dominasi pedagang orang-orang Cina. Hal ini berawal dari timbulnya usaha pengusaha batik di kota Surakarta untuk mengadakan persatuan demi melawan taktik dagang para pedagang Cina. Usaha tersebut dipelpori oleh Haji Samanhudi di kampung Laweyan di kota Surakarta. Haji Samanhudi mendirikan Sarekat Dagang Islam pada tahun 1911 yang beranggotakan para pengusaha batik di kota Surakarta. Tujuan utama didirikannya Sarekat Dagang Islam adalah untuk memperkuat usaha dalam menghadapi para pedagang Cina, dengan tujuan awal untuk menghimpun para pedagang pribumi muslim (khususnya pedagang batik) agar dapat bersaing dengan pedagang-pedagang besar orang-orang Cina.
Berdirinya Sarekat Dagang Islam disambut baik oleh para pengusaha batik yang mengharapkan dapat membeli bahan batik lebih murah. Meskipun demikian, untuk bergerak secara sah, Sarekat Dagang Islam harus menyusun anggaran dasarnya untuk disahkan oleh pemerintah. Untuk menyusun anggaran dasar tersebut. Haji Samanhudi merasa kurang mampu. Oleh karena itu, dia kemudian mencari bantuan kepada seorang pelajar Indonesia yang berkerja pada perusahaan di Surabaya. Pelajar yang dimaksu adalah Cokroaminoto. Kemudian, Haji Samanhudi menghubungi Umar Said Cokroaminoto. Setelah bertukar pikiran, timbul gagasan dalam diri Umar Said Cokroaminoto untuk mengubah nama Sarekat Dagang Islam menjadi Sarekat Islam, atas pertimbangan bahwa perkumpulan itu tidak terbatas sampai pada para pedagang saja, tetapi juga mempunyai dasar yang lebih luas sehingga orang Islam yang di luar pedagang dapat menjadi anggota. Gagasan Cokroaminoto diterima baik oleh Haji Samanhudi. Pada tahun 1912, oleh pimpinannya yang baru Umar Said Cokroaminoto, nama Serikat Dagang Islam diubah menjadi Sarekat Islam. Hal ini dilakukan agar organisasi tidak hanya bergerak dalam bidang ekonomi, tapi juga dalam bidang lain, seperti halnya politik. Jika ditinjau dari anggaran dasarnya, dapat disimpulkan tujuan SI adalah sebagai berikut:
o    Mengembangkan jiwa dagang
o    Membantu anggota-anggota yang mengalami kesulitan dalam bidang usaha
o    Memajukan pengajaran dan semua usaha yang mempercepat naiknya derajat rakyat
o    Memperbaiki pendapat-pendapat yang keliru mengenai agama Islam
o    Hidup menurut perintah agama
Seiring dengan perubahan waktu, akhirnya Serikat Islam pusat diberikan pengakuan sebagai Badan Hukum pada bulan Maret tahun 1916. Setelah pemerintah memperbolehkan berdirinya partai politik, Serikat Islam berubah menjadi partai politik dan mengirimkan wakilnya ke Volksraad tahun 1917.
Tokoh-tokoh pendiri pusat Sarekat Islam dengan pengurus yang terdiri :
o    Haji Samanhudi (Ketua Kehormatan)

o    Umar Said Cokroaminoto
o    Agus Salim
o    Abdul Muis
o    Haji Gunawan
o    Wondoamiseno
o    Sasrokardono
o    Soerjopranoto
o    Alimin Prawirodirejo
o    Semaun

1.         Perpecahan dalam Serikat Islam
Pada mulanya Sarekat Islam (SI) dilarang untuk menjalankan organisasinya oleh pemerintah Belanda pada Agustus 1912. Setelah diadakan perubahan pada anggaran dasar SI maka diperbolehkan untuk menjalankan aktivitasnya kembali. Rutgers menerangkan bahwa, “...pada Juni 1913, pengaktifan Pimpinan Pusat SI tidak diizinkan, dan untuk sementara waktu, yang diizinkan itu hanya cabang-cabangnya belaka. Baru pada 1916 Pimpinan Pusat SI diperkenankan sesudah pengawasan pemerintah diperkuat.”
Pada tanggal 26 Januari 1913 diadakan kongres Sarekat Islam pertama di Surabaya. Pada kongres tersebut pimpinan SI Oemar Said Tjokroaminoto mengutarakan intinya bahwa SI setia terhadap pemerintahan Belanda. Hal ini disebutkan dalam Rutgers: “SI bukanlah suatu partai politik yang menghendaki revolusi seperti yang disangka kebanyakan orang. Jika nanti diadakan pengejaran-pengejaran, kita harus meminta perlindungan terhadap gubernur Jenderal. Kita setia dan puas terhadap kekuasaan Belanda. Sungguh tidak benar, kalau kita dikatakan hendak menyebabkan huru-hara, sungguh tidak benar, kalau kita dikatakan berontak. Itu semua tidak benar, tidak, seribu kali tidak.”
Kongres Sarekat Islam I menghasilkan keputusan bahwa Sarekat Islam bukan lagi sebagai organisasi daerah Surakarta melainkan organisasi terbuka yang cakupannya meliputi Hindia Belanda. Oleh karena itu disahkan tiga kota sebagai sentral dari Sarekat Islam meliputi Surabaya, Yogyakarta dan Bandung.
Fungsi dari tiga kota sentral Sarekat Islam yaitu
o    Pertama, dari centraal Sjarikat Islam (CSI) Surabaya, membangkitkan kesadaran berpolitik nasional umat Islam yang bergabung dalam Sjarikat Islam di Jawa Timur hingga seluruh wilayah Indonesia Timur
o    Kedua, dari Centraal Sjarikat Islam (CSI) Yogyakarta, membangkitkan kesadaran politik nasional umat Islam yang bergabung dalam Sjarikat Islam di Jawa Tengah hingga seluruh wilayah Indonesia Tengah
o    Ketiga, dari Centraal Sjarikat Islam (CSI) Bandung, membangkitkan kesadaran politik nasional umat Islam yang bergabung dalam Sjarikat Islam di Jawa Barat hingga Indonesia barat.
Dalam penetapan fungsi tersebut memang disebutkan pembagian wilayah. Tetapi perlu diingatkan kembali bahwa pembagian daerah teritorial seperti Indonesia Timur, Indonesia Tengah dan Indonesia Barat masih belum jelas. Hal ini dikarenakan belum adanya pembagian wilayah seperti sekarang pada masa itu.
Perselisihan dengan Tinghoa tersebut juga dituliskan oleh Rutgers: “kejadian-kejadian seperti merampoki Tinghoa adalah juga tergolong kelompok “nasional” ini. Dalam sikap terhadap bangsa Tinghoa terdapat perubahan antara lain disebabkan oleh meletusnya Revolusi Tiongkok 1911-1912 yang menyebabkan banyak penduduk Tinghoa berubah sikap dan menyakinkan akan benarnya gerakan kemerdekaan di Indonesia juga. Sebaliknya rakyat Indonesia mulai ikut serta dalam demonstrasi-demonstrasi yang amat menguntungkan gerakan revolusioner Tionghoa.

2.         Perpecahan Akibat Pendirian Volksraad & Indie Weebar
Pada tanggal 17-24 Juli 1916 dilaksanakan National Congres Centraal Sjarikat Islam di Bandung. Menurut Suryanegara suasana Bandung pada saat kongres Nasional pertama yaitu :
“Suasana kongres Nasional pertama Centraal Sjarikat Islam tersebut, disampaikan Mohamad Rroem dalam harian ABADI, senin 22 Juni 1970 M atau 17 Rabiul Awal Achir 1390 H. Dua tahun kemudian, pada 1972, laporan Mohamad Roem tersebut dibukukan dalam Bunga Rampai dari Sadjarah. Mohamad Roem menuturkan, alun-alun Bandung sebagai kongres dihias sangat indah, disertai dengan bufet yang menyediakan makanan dan minuman.
Berkaitan dengan pandangan SI terhadap pembentukan Indie Weerbaar sendiri, Ricklefs  mengungkapkan bahwa, “..., kampanye Indie weerbaar dengan cepat berubah menjadi isu perwakilan rakyat. Pada tahun 1916-1917, suatu delegasi yang terdiri atas wakil-wakil Budi Utomo, SI, Regenten Bond, dan organisasi-organisasi serupa dari keempat kerajaan Jawa berkunjung ke negara Belanda. Mereka mengajukan petisi kepada ratu Wilhelmia dan berkeliling negara itu guna memberikan ceramah-ceramah. Ketika perlemen Belanda bertindak menangani masalah-masalah itu, maka rancangan undang-undang bagi pembentukan milisi pribumi tidak disetujui, tetapi pada bulan Desember 1916 rancangan undang-undang bagi pembentukan Volksraad disetujui.”
Selain tidak menyetujui SI masuk ke dalam Indie Weerbaar, Samaun juga tidak setuju jika SI masuk ke dalam Volksraad. Pringgodigdo menyebutkan bahwa, “Usaha Semaun agar S.I jangan ikut duduk dalam Volkstraad juga sia-sia. Semaun berkata, Volksraad hanya suatu pertunjukan kosong, suatu akal dari kaum kapitalis mengelabuhi mata rakyat jelata untuk memperoleh untung lebih banyak. Terhadap ini Abdul Muis berpendapat: turut duduk didalamnya dengan sambil berusaha, lambat laun mengubah Volksraad menjadi sebuah parlemen sejati. Kongres mufakat SI turut serta dalam komite nasional yang didirikan atas anjuran BU. Komite itu mempunyai tujuan membuat daftar nama-nama calon anggota Volksraad untuk dipimpin oleh majelis-majelis daerah dan/atau diangkat oleh pemerintah Hindia Belanda; SI akan memajukan dua calon.”
Volksraad berdiri atas keputusan dari pemerintah Belanda mengenai Dewan Nasional. Seperti telah dipaparkan di atas bahwa kongres nasional SI di Bandung menghendaki adanya Dewan Perwakilan Nasional. Sayangnya pendirian Volksraad tidak sesuai dengan harapan. Rutgers (2012: 10) mengatakan bahwa, “Tetapi tuntutan-tuntutan gerakan nasional dan Sarekat Islam jauh melebihi itu, hingga di sana-sini timbul bentrokan. Di kalangan kaum tani timbullah gerakan samin, yang pimpinannya dipegang oleh Samat. Gerakan ini mempunyai tujuan-tujuan komunisme kuno untuk kaum tani.”
Kongres Nasional SI ke III di Surabaya  membicarakan kelanjutan dari kongres di Bandung mengenai Dewan Rakyat. Dengan tanggapan dan pembicaraan dari pemerintah Belanda mengenai dewan rakyat yang dibentuk sebagai Volksraad. Sayangnya anggota pribumi yang ikut serta dalam Volksraad sedikit, lebih banyak diisi oleh orang-orang luar pribumi.
C.     LATAR BELAKANG LAHIRNYA ORGANISASI INDISCHE PARTIJ DAN PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA
Indische Partij adalah organisasi modern ketiga yang berdiri setelah Budi Utomo dan Sarekat Islam .Organisasi ini merupakan organisasi pertama yang secara tegas menyatakan berpolitik. IP adalah partai politik pertama di Indonesia. Indische Partij ingin menggantikan Indische Bond yang berdiri pada tahun 1898. Indische Bond adalah organisasi kaum Belanda peranakan (Indo) dengan pimpinan K. Zaalberg, seorang indo.Tujuan dibentuknya IP ini adalah untuk memperbaiki keadaan kaum Indo. Pada masa itu kaum Indo menaruh dendam kepada bangsa Belanda dan segala sesuatu yang bercorak Belanda.
1.         Proses berdirinya Organisasi Indische Partij
Douwes Dekker melihat keganjilan dalam masyarakat kolonial khususnya dalam hal diskriminasi antara keturunan Belanda dan orang Belanda campuran (Indo). Nasib para Indo tidak ditentukan oleh pemerintahan kolonial,namun terletak pada bentuk kerjasama dengan penduduk Indonesia lainnya. Bahkan menurut Douwes Dekker yang kemudian dikenal dengan nama Danudirdja Setyabudhi,ia tidak mengenak supremasi Indo atas penduduk bumiputera malah ia menghendaki hilangnya golongan Indo dengan cara bercampur dengan bumiputera.
Pendirian organisasi ini dipertegas lagi pada sidang Indische Bond yang diselenggarakan di Jakarta tanggal 12 desember 1911, dengan pokok pidato "Gabungan kulit putih dengan sawo matang". Ia berkata, bahwa jumlah kaum Indo sangat sedikit, sehingga jika ia bertindak seorang diri,maka ia tak mungkin memperoleh keuntungan. Syarat untuk memperoleh kemenangan dalam pertentangan dengan penjajah Belanda ialah menggabungkan diri dengan bangsa Indonesia agar kedudukan organisasinya makin bertambah kuat.
Untuk persiapan pendirian Indische Partij, maka mulai tanggal 15 September - 3 oktober 1912, Douwes Dekker mengadakan perjalanan Propaganda di Pulau Jawa. Di Surabaya, ia mendapat sokongan dari Dokter Tjipto Mangoen Koesoemo. Di Bandung ia mendapat sokongan dari R.M. Soewardi Soerjaningrat, juga Abdul Muis yang pada saat tu telah menjadi pimpinan Sarekat Islam cabang Bandung. Di Yogyakarta mendapat sambutan baik dari pengurus Budi Utomo,juga daerah Jawa Barat,Jawa Tengah dan Jawa Timur.Mereka merupakan "tiga serangkai" yang sangat ditakuti oleh Belanda. Mereka ialah tokoh-tokoh Indische Partic yang didirikan di Bandung pada tanggal 25 Desember 1912 yang mana semboyannya yaitu Hindia for Hindia yang berarti Inodnesia hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang menetap dan bertempat tinggal di Indonesia tanpa terkecuali.
2.         Pelopor berdirinya Organisasi Indische Partij.
Keanggotaan Indische Partij terbuka untuk semua golongan bangsa tanpa membedakan tingkatan kelas, seks atau kasta, golongan bangsa yang menjadi anggota Indische Partij adalah golongan bumi putera, golongan Indo, Cina dan Arab. Keanggotaan Indische Partij tersebar pada 30 cabang dengan jumlah anggota seluruhnya 7.300 orang, sebagian besar golongan Indo. Sedangkan jumlah anggota golongan bumi putera adalah 1.500 orang, kebanyakan golongan terpelajar. Cabang Indische Partij yaitu Semarang, dengan jumlah anggota 1.300 orang, Surabaya dengan jumlah anggota 850 orang, Bandung dengan jumlah anggota 700 orang, Batavia dengan Jumlah anggota 654 orang.
Didirikan oleh tiga serangkai, yaitu Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat, yang melihat keganjilan dalam masyarakat colonial khususnya diskriminasi antara keturunan Belanda dan kaum Indo. Berikut profil tiga serangkai :
o    Ernest Douwes Dekker
Douwes Dekker adalah seorang pejuang kemerdekaan dan pahlawan nasional Indonesia. Pendidikan dasar ditempuh Nes di Pasuruan. Sekolah lanjutan pertama diteruskan ke HBS di Surabaya, lalu pindah ke Gymnasium Willem III, suatu sekolah elit di Batavia. Selepas lulus sekolah ia bekerja di perkebunan kopi "Soember Doeren" di Malang, Jawa Timur.
o    Tjipto Mangoenkoesoemo
Dr. Cipto Mangunkusumo atau Tjipto Mangoenkoesoemo adalah seorang tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia. Bersama dengan Ernest Douwes Dekker dan Ki Hajar Dewantara ia dikenal sebagai "Tiga Serangkai" yang banyak menyebarluaskan ide pemerintahan sendiri dan kritis terhadap pemerintahan penjajahan Hindia Belanda. Ia adalah tokoh dalam Indische Partij, suatu organisasi politik yang pertama kali mencetuskan ide pemerintahan sendiri di tangan penduduk setempat, bukan oleh Belanda. Dr. Cipto Mangunkusumo lahir di Pecangakan, Ambarawa tahun 1886 dan waafat di Jakarta, 8 Maret 1943
o    Ki Hadjar Dewantara
Raden Mas Soewardi Soerjaningrat lahir di Yogyakarta, 2 Mei1889 dan wafat di Yogyakarta, 26 April1 959,  disingkat sebagai "Soewardi" atau "KHD" adalah aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Ia adalah pendiri Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda.Tanggal kelahirannya sekarang diperingati di Indonesia sebagai Hari Pendidikan Nasional. Bagian dari semboyan ciptaannya, tut wuri handayani, menjadi slogan Departemen Pendidikan Nasional.
3.         Tujuan didirikannya Organisasi Indische Partij di Indonesia.
Bunyi pasal-pasal dalam anggaran dasar Indische Partij sebagai tujuan didirikannya indische partij, seperti sebagai berikut:
o    Memelihara nasionalisme Hindia dengan meresapkan cita-cita kesatuan kebangsaan semua Indiers, meluaskan pengetahuan umum tentang sejarah budaya Hindia, mengasosiasikan intelek secara bertingkat kedalam suku dan antar suku yang masih hidup berdampingan pada mada ini, menghidupkan kesadaran diri dan kepercayaan kepada diri sendiri
o    Memberantas rasa kesombongan rasial dan keistimewaan ras
o    Memberantas usaha untuk membangkitkan kebencian agama dan sektarisme
o    Memperkuat daya tahan rakyat Hindia dengan mengembangkan individu ke aktivitas yang lebih besar secara taknis dan memperkuat kekuatan batin dalam soal kesusilaan
o    Berusaha untuk mendapatkan persamaan hak bagi semua orang Hindia
o    Memperkuat daya rakyat Hindia untuk mempertahankan tanah air dari serangan asing.
o    Mengadakan unifikasi, perluasan, pendalaman, dan meng-Hindia-kan pengajaran, yang semua hal tersebut ditujukan kepada kepentingan ekonomi Hindia, dimana tidak diperbolehkan adanya perbedaan perlakuan karena ras, seks atau kasta dan harus dilaksanakan sampai tingkat yang setinggi-tingginya yang bisa di capai
o    Memperbesar pengaruh pro-Hindia di dalam pemerintahan.
o    Memperbaiki keadaan ekonomi bangsa Hindia, terutama dengan memperkuat mereka yang ekonominya lemah.
4.         Proses kemunduran Organsasi Indische Partij.
Sejak semula Indische Partij memang menunjukkan keradikalannya sehingga pemerintah kolonial Belanda merasa perlu menghentikannya. Itulah sebabnya organisasi ini tidak dapat berumur panjang karena pada akhirnya pemimpinnya dibuang ke luar negeri. Persoalan yang menyangkut nasib tiga serangkai tersebut erat hubungannya dengan tindakan Belanda pada tahun 1913, dalam rangka memperingati bebasnya negeri Belanda dari penindasan Prancis pada tahun 1813 merupakan suatu ironi bahwa negara yang menjajah, merayakan kebebasan negerinya itu di negeri yang dijajahnya sendiri, lebih-lebih untuk perayaan tersebut pemerintah akan memungut biaya dari rakyat Hindia.
Melihat fenomena menarik tersebut, Suwardi Suryaningrat dan kawan-kawan akhirnya membentuk “Komite Bumi Putera”, komite yang bertujuan menentang peringatan tersebut. Komite ini kemudian mengeluarkan brosur yang didalamnya dimuat tulisan Suwardi Suryaningrat dengan judul: “Als ik een Nederlander Wasyang” isinya menyindir dengan tajam sikap pemerintah kolonial Belanda yang ingin merayakan kebebasannya di tanah jajahan dengan cara memungut biaya dari rakyat. Karena tulisannya itulah Suwardi Suryaningrat ditangkap, dan temannya tang tergabung dalam “Komite Bumi Putera” juga tidak luput dari pemeriksaan pemerintah.
Kepergian dari ketiga pemimpin tersebut membawa pengaruh terhadap kegiatan Indische partij yang makin lama makin menurun, kemudian Indische Partij menjadi partai Insulinde. Sebagai asas utama dalam program yang tertera: “ Mendidik suatu nasionalisme Hindia dengan memperkuat cita- cita persatuan bangsa”, kepada anggota ditekankan supaya menyebut dirinya “ Indiers “, orang Hindia. Pengaruh Serekat Islam telah menarik orang- orang Indonesia, sehingga Partai Insulinde menjadi semakin lemah. Kembalinya Douwes Dekker dari negeri Belanda tahun 1918 tidak mempunyai arti bagi partai insulinde, pada bulan juni 1919 berganti nama menjadi National Indische Partij.
Indische Partij hidup tidak lama, konsep kebangsaan yang dicanangkan dan dikembangkan  sangat berpengaruh terhadap tokoh-tokoh  pergerakan kebangsaan Indonesia dan sepak terjang organisasi pergerakan kebangsaan Indonesia pada masa-masa selanjutnya. Pemimpin-pemimpin Indische Partij setelah organisasinya dibubarkan dan dianggap sebagai partai terlarang bersepakat secara perorangan tetap terus mempropagandakan cita-cita organisasi tersebut melalui tulisan-tulisan ataupun organisasi lain.








BAB III
PENUTUP

A.           KESIMPULAN
Budi Utomo merupakan sebuah organisasi pelajar yang didirikan oleh Dr.Sutomo dan para mahasiswa STOVIA (School tot Opleiding voor Inlandsche Arsten) yaitu Goenawan, Dr.Cipto Mangoenkeosoemo dan Soeraji seta R.T Ario Tirtokusumo. Berdirinya Budi Utomo tak bisa lepas dari peran Dr. Wahidin Sudirohusodo. Jangkauan gerak Budi Utomo hanya terbatas pada penduduk Jawa dan Madura dan tidak akan melibatkan diri dalam kegiatan politik. Bidang kegiatan yang dipilihnya pendidikan dan budaya.
Sarekat Islam merupakan organisasi perkumpulan pedagang-pedagang Islam yang dirintis oleh Haji Samanhudi di Surakarta pada tahun 1905, dengan tujuan awal untuk menghimpun para pedagang pribumi Muslim (khususnya pedagang batik) agar dapat bersaing dengan pedagang-pedagang besar Tionghoa. Pada saat itu, pedagang-pedagang keturunan Tionghoa tersebut telah lebih maju usahanya dan memiliki hak dan status yang lebih tinggi dari pada penduduk Hindia Belanda lainnya. Kebijakan yang sengaja diciptakan oleh pemerintah Hindia Belanda tersebut kemudian menimbulkan perubahan sosial karena timbulnya kesadaran di antara kaum pribumi yang biasa disebut sebagai Inlanders.
Dapat disimpulkan bahwa Indische Partij adalah organisasi pertama yang secara tegas menyatakan berpolitik. Dengan  demikian IP adalah partai politik pertama di Indonesia. Indische Partij ingin menggantikan Indische Bond yang berdiri pada tahun 1898. Partai ini didirikan oleh tiga serangkai, yaitu Douwes Dekker, Tjipto Mangun kusumo dan Suwardi Suryaningrat, yang melihat keganjilan dalam masyarakat colonial khususnya diskriminasi antara keturunan Belanda totok dan kaum Indo.
B.         KRITIK DAN SARAN
Sebagai generasi mudapenulis menyarankan kepada :
Pemerintah supaya lebih memperhatikan arsib bangsa dan lebih mengenalkan seharah bangsa indonesia dan lebih memerhatikan para pahlawan nasional. Tingaktkan mutu pendidikan, jangan pentingkan golongan. Partai hanya sebagai batu loncatan demi bangsa untuk kemajuan.
Mungkin dalam pembuatan makalah yang kami buat banyak kekurangan dan kesalahan, maka dari itu penulis bersedia menerima saran maupun kritik demi perbaikan selanjutnya.




DAFTAR PUSTAKA


EmoticonEmoticon